Tuesday, October 2, 2007

kenapa harus malaysia lagi ???

Tadi pagi seperti biasa mendengarkan radio kesayangan atau lebih tepatnya program radio kesayangan dan topik yang dibahas adalah masalah di negara tetangga yang sebenarnya gak patut kita campuri, tapi karena masalah ini menyangkut negeri kita tercinta dan lagi-lagi negeri ini mulai membuat masalah dengan negeri ini, maka saya tertarik untuk membahas masalah ini.

Sudah bukan kali pertama malaysia bermain api dengan Indonesia. Mulai dari jaman Bung Karno sampai berujung pada "Ganyang Malaysia", kasus pembangunan menara petronas, kasus TKI, kasus Ambalat, Sipadan Ligitan, sampai pada kasus pemukulan WNI oleh Polis Diraja Malaysia beberapa waktu yang lalu.

Masalah yang tadi pagi dibahas adalah adanya protes dari persatuan penyanyi dan pencipta lagu Malaysia (entah apa namanya) kepada persatuan radio swasta Malaysia (PRSSNInya Malaysia) agar tidak lagi memutar atau setidaknya mengurangi pemutaran lagu-lagu dari penyanyi Indonesia.

Sebuah protes yang aneh dan kekanak-kanakan plus salah alamat. Sebuah radio pasti akan memutar lagu berdasarkan request dari pendengarnya. Lha kalau pendengarnya pengen denger lagu-lagu Indonesia, lha kenapa harus dipaksa denger lagu melayu yang [maaf] kampungan itu ???

Satu hal yang bisa saya simpulkan adalah Malaysia lagi-lagi syirik sama Indonesia, dan seperti biasa, syirik tanda tak mampu ... ha ha ha ha Lha wong konser 3 diva dan konser 6 band Indonesia di Malaysia ajah sudah membuat salah satu penyanyi malaysia kalang kabut karena merasa konsernya terlampau sukses, bahkan pengunjungnya melebihi pengunjung konser penyanyi Malaysia sendiri. Hebat bukan ???

Cukup Malaysia mencuri batik kita, kalau Malaysia mau coba-coba mencuri lagi ... "ganyang" saja !!!

Strateginya cukup simple dan mudah. Malaysia kan masyarakatnya homogen, mayoritas Melayu. Kalau sampai ada perang, gak jaminan masyarakat India dan Tiong Hoa akan mau ikut perang, kalau pun ikut, jumlahnya tidak akan signifikan. Keunggulan kita adalah keberagaman Nusantara pasti mampu memukul mundur Malaysia mundur dan bahkan mengembalikan batik yang sudah mereka curi ...

Kalau perang, pastinya ada strateginya kan ? nah, mari kita jabarkan satu-satu ... Perang butuh pasukan tempur sebagai front liner, para pasukan pemikir sebagai pengatur strategi, bagian support peralatan perang, bagian logistik, bagian kesehatan, bagian keuangan, bagian non teknis (support inmateial) dan satu hal lagi adalah bagian peranakan. Lho kok ada bagian peranakan ? ... he he he jangan terkejut, perang itu akan ada banyak korban, dan kita butuh bagian yang bertugas untuk menjamin kelestarian generasi.

Sebagai front liner kita tempatkan saudara kita dari Aceh, Batak, Papua, Dayak dan Madura. Saudara kita dari Aceh adalah tentara perang yang hebat, dengan rencong di tangan Belanda saja gak bisa menguasai Aceh bahkan setelah hampir seluruh wilayah Indonesia telah dikuasai. Kalau orang Batak dan Madura keduanya memliliki tempramen yang hampir sama yaitu tegas [baca=serem] jadi siapapun kalau dah dibentak sama orang Batak atau Madura pasti akan ketakutan ... ha ha ha ... Kalau perang, pasti kita butuh yang sanggup bertahan di tengah hutan sekaligus punya peralatan perang yang mutakhir. Maka Papua dan Dayak-lah jawabannya. Disamping sudah biasa hidup di tengah hutan, sumpit, panah beracun, akan lebih mematikan daripada nuklir yang pasti akan dikecam sama PBB kalau kita make buat perang.

Kalau bagian tentara pemikir, serahkan pada orang dari Jawa. Terutama dari Suku Jawa. Karena kebanyakan pemikir lahir di Jawa. Yang mengenyam bangku sekolah paling banyak adalah orang Jawa. Orang Jakarta juga bisa urun rembuk strategi, karena orang Jakarta paling ahli menyusun strategi lepas dari kemacetan ataupun dari keruwetan Jakarta yang kian semrawut ...

Saudara kita dari Madura juga kebagian tugas lagi sebagai support peralatan perang. Dan seperti yang kita ketahui bersama, keahlian saudara kita ini dalah hal perdagangan besi tua pasti akan memberikan andil dalam penyediaan sarana perang yang canggih-canggih ... TOP kan ???

Bagian logistik kita serahkan saja pada orang minang yang pandai memasak. Beragam masakan mampu dihasilkan oleh tangan-tangan terampil koki-koki rumah makan Padang. Walau asalnya dari Padang, tapi masakan padang akan cocok dengan lidah semua orang Indonesia. Orang dari Makasar juga boleh turut serta, cotto makassar dan es pisang ijonya makk nyyosss ...

Kalau ada yang perang, pasti ada yang terluka. Bagian pengobatan akan sangat sukses jika diberikan kepada orang Jawa. Selain handal dalam meracik beragam obat-obatan dan jamu tradisional, tempramen orang Jawa yang halus dan penyabar akan cocok saat mengobati korban luka-luka.

No Money No Honey ... ups ... maksudnya adalah segala sesuatu butuh uang, makanya untuk mensupport kebutuhan keuangan, masyarakat Bali dan Lombok harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan dollar sebanyak-banyaknya. Sebagai daerah tujuan wisata utama Indonesia, dua pulau tersebut mampu mendatangkan dana perang dengan cepat dan mudah serta murah karena tanpa modal apa-apa [modal sudah dikasi sama Tuhan berupa alam yang indah].

Perang kadang bikin stress, maka yang bisa memberikan penghiburan adalah saudara kita dari Maluku. Dengan suara emasnya, dijamin tentara yang kelelahan akan kembali segar dan siap untuk berperang lagi. Jangan lupa juga untuk menunjuk orang Jakarta sebagai psikiater. Karena orang Jakarta lah yang paling sabar. Sabar saat mengantre minyak tanah, antree bus way, sampai antree ber jam-jam di tengah jalanan siang hari yang panas di tengah kemacetan jalan. Sabarnya bukan main bukan ???

Dan kalau bagian meneruskan generasi kita serahkan pada cewek Manado, cewek Dayak, dan juga cewek Sunda .... dijamin peyempuan-peyempuan ini adalah peyempuan terbaik negeri ini yang mampu menghasilkan keturunan berkwalitas dan berkelas sekelas Luna Maya atau Dian Sastro ... xixixiii ...

Mantap bukan strategi yang saya susun ... dijamin Malaysia gak bakalan lagi main-main dengan Indonesia ...

Lha wong gak punya apa-apa kok mau nantang negara kaya ...
Lha wong bisanya cuma nyuri kok ngaku-ngaku the truly Asia ...
Lha wong kawin aja, bajunya harus orang Indonesia yang ngrancang ...

gitu lha kok kemrintil ...

1 comment:

Anonymous said...

Indon gila nak perang. Rakyat kebulur, hidup merempat masih nak perang.
Dasar Indon gila!!