Saturday, February 27, 2010

Merantau


Awal long weekend, oh ... senangnya, sebab saat-saat ini adalah saat yang paling saya syukuri kedatangannya. Bukan karena hanya akan ada waktu di rumah selama 3 hari, tapi lebih dari itu, saat-saat bisa menikmati waktu tanpa rutinitas pekerjaan kantor di akhir pekan adalah satu hal yang tak ternilai harganya.

Dari beberapa hari yang lalu sudah menyiapkan list kegiatan, mulai dari web development, blogging, baca buku, dan nonton film tentunya. Sayang kegiatan saya kok rasanya masih jauh dari yang namanya manfaat :( Dan alhasil hingga jam segini saya berhasil menuntaskan 3 judul film sejak sore tadi.

Salah satu film 'korban' kemalasan saya hari ini adalah 'Merantau'. Film karya negeri sendiri yang mengangkat pencak silat ini cukup menarik untuk saya ceritakan disini. Bukan, bukan saya akan bercerita tentang film tadi, atau memberikan review jalan cerita dan penggarapannya. Nggak penting bagi saya beberapa adegan 'ganjil' yang ada atau darah yang mengucur terlalu deras saat salah satu tokohnya terluka, namanya juga film Indonesia, jadi wajar kalo ada hal yang aneh dalam penggarapannya ... he he he ...

Yuda adalah pemuda minangkabau. Dalam tradisi minang, seorang anak laki-laki yang telah dewasa, belum dapat dikatakan laki-laki sejati sebelum membuktikan dirinya dapat berhasil menjalani hidup di negeri orang atau dalam bahasa yang kita kenal 'Merantau'. Dikisahkan si Yuda ini berangkat juga ke Jakarta memenuhi harapan tetangga-tetangganya, walaupun sebenarnya ibunya tidak mengharapkan kepergian si Yuda. Singkat kata sampailah Yuda di Jakarta. Namun bukan pekerjaan dan keberhasilan yang didapatkan, justru si Yuda harus meregang nyawa saat menuntaskan kewajibannya menolong seorang wanita bernama Astri.

Hal yang paling menarik bagi saya adalah ketika Yuda berpamitan kepada Ibunya. Ibunya hanya berpesan 'Jaga diri baik-baik ya nak ...' hal ini mengingatkan saya pada beberapa pesan Ibu saya setiap kali saya menghubungi beliau. Kalau dulu jaman sekolah Ibu berpesan "Ati-ati, sinau sing sregep. Ojo pacaran dhisik" (=hati-hati, belajar yang rajin, jangan pacaran dulu). Namun seiring berjalannya waktu, pesan Ibu sekarang berganti "Ati-ati, terutama karo arek wedok, arek wedok saiki leter-leter, njaluk perlindungan terus marang Gusti Alloh" (=hati-hati, terutama sama anak perempuan, perempuan sekarang genit-genit, minta perlindungan terus kepada Alloh). Inti pesan yang saya tangkap disini adalah 'jangan sampai terperangkap dan terpedaya tipu daya wanita' ... Oh ibuku ini pengertian sekali kalo anaknya ganteng ... he he he ...

Merantau mengingatkan saya pada diri saya sendiri. Tak terasa, sudah hampir 7 tahun saya tinggal di perantauan. Saya jadi teringat kejadian pada Juni 2003, waktu itu usia saya belum genap 16 tahun. Kota Malang, adalah kota perantauan saya untuk pertama kalinya. Lepas 3 tahun di Malang, akhirnya saya harus mengakui bahwa pemikiran saya tidak ada bedanya dengan kebanyakan orang-orang kampung yang setiap lebaran terjaring operasi yustisi di Jakarta. Ya, pemikiran saya nggak ada bedanya dengan tukang bangunan asal Purworejo, mbak-mbak warung Tegal, tukang sate madura di samping kantor. Pemikiran saya sama dengan mereka yang menjadikan Jakarta adalah tempat mewujudkan impian dan cita-cita. Harapan yang menjadikan Jakarta sebagai doraemon yang mampu memberikan apa saja yang diinginkan.

Sudahlah, nggak ada gunanya mempermasalahkan pemikiran ini, terserah pada pemikiran masing-masing kepala. Satu yang pasti hanya Jakarta masih tempat yang sangat menjanjikan buat mewujudkan impian.

Selain kalo setiap lebaran sering mudik dan di kampung sering disebut orang Jakarta, bagi saya sungguh nggak ada istimewanya kota ini dibanding dengan kota-kota lain. Satu-satunya hal yang membuat saya bertahan di kota ini adalah ketidakberanian saya untuk keluar dari zona aman, zona dimana saya tetap menerima gaji bulanan setiap tanggal 25, pekerjaan tetap (setidaknya sampai 1 tahun kedepan).

Melihat angka 7 sebagai simbol lamanya waktu saya meninggalkan rumah untuk merantau saya kok jadi ill fill. Saya malu sudah 7 tahun dan usia juga sudah 23 lha kok belum bisa jadi apa-apa. Rasul Muhammad SAW usia 25 tahun mampu meminang wanita mandiri kalangan atas bangsawan arab. Mustahil tidak berbekal apa-apa. Mustahil jika hanya berbekal Al Amin seorang Siti Khadijah mau menerima pinangan pemuda 25 tahun. Rasul Muhammad SAW pasti memiliki value yang luar biasa, kredibilitas yang tak terbantahkan. Nah, pertanyaannya saat usia saya 25 tahun, kira-kira sudah bisa apa ya ?

1 comment:

Anonymous said...

dafabet | Sports Betting at Thauberbet.com
dafabet is the world's favourite online クイーンカジノ sports betting site. It offers a wide range dafabet of betting options for punters from major European leagues, dafabet link