Sunday, March 23, 2008

Feel "Ultimate in Diversity"

Ceritanya beberapa hari yang lalu saya disibukkan oleh "kewajiban" saya di kantor untuk menghubungi semua pelanggan untuk menginformasikan supaya tetap menyalakan perangkat selama 24 jam selama 1 sampai 2 minggu kedepan. Males akh kalo harus njelasin kenapa mesti saya yang nelepon dan alasan mengapa harus di telepon yang jelas ada sekitar 100an lebih yang harus di telepon ... Dan dengan bangga saya sampaikan dan informasikan bahwa customer yang harus saya hubungi adalah sebuah instansi pemerintah yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia mulai Sabang sampai Merauke.

Kebetulan saya kebagian jatah area Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua. Wow ... ternyata Indonesia itu luar biasa ....

Area Jawa termasuk didalamnya Sunda, Jawa, dan Madura sama-sama memiliki adab yang religius bahkan saat menjawab telepon. Hampir selalu diawali dengan salam "Assalamualaikum ..." dan setiap pertanyaan saya selalu dijawab dengan santai, ringan, dan terasa tanpa beban. Mirip jika anda nonton wawancara di TVRI atau datang mengajukan proposal ke instansi pemeritah.

Ternyata di Jawa nggak religius-religius amat, Jawa masih kalah dengan orang Bali. Kalau di Jawa hanya 75% yang menjawab telepon dengan salam ala Islam, kalau di Bali, 100% mengucapkan 'Om Swastiastu" [mohon maaf kalo saya salah tulis]. Dan kalau ditanya daerah mana yang dialeknya paling kental, orang Bali saya rasa masih menjadi jawaranya. Kalau di Jawa terdengar santai, maka di Bali jauh lebih santai lagi. Mereka seolah berkata, wah pak ... jarang-jarang saya di telepon, biasanya jam 1 siang saya pulang untuk makan siang trus dilanjut tidur siang ....

Dan kalau bicara suku mana yang paling beringas, maka Jawa adalah jawabannya. Di Jawa memang sudah terlalu sumpek dan padat untuk ditinggali, makanya orang Jawa ada di mana-mana. Termasuk di Kalimantan dan Sulawesi dan juga di Papua. Entah mereka orang Jawa yang ditugaskan di sana atau mereka adalah keturunan orang Jawa yang dulu ikut program transmigrasi, yang jelas dialek Jawa dan Nama Jawa mereka masih kental dan mudah diidentifikasi. Atau di sana memang nggak ada orang pinter sampai harus import dai Jawa yang 'katanya' banyak orang pinternya ??? Namun hal ini tidak berlaku di Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dialek Sulawesi dan ciri khas nama mereka masih menandakan kalau mereka penduduk asli.

Sehebat-hebatnya orang Jawa menginvasi pulau di luar Jawa, orang Jawa ternyata tidak bisa menaklukkan daerah kepulauan Nusa Tenggara. Nggak ada dialek jawa, yang ada adalah dialek mirip kalo kita denger si Denias lagi bicara.

Saya jadi merasa sedang keliling Indonesia ... walau dengan dialek dan kata yang diucapkan pertama kali saat menjawab telepon berbeda, namun semua menggunakan Bahasa Indonesia ya meski masih kayak Cincha Lawra yang masih kecampuran sama inggih, iyo, atau indak ....

1 comment:

Anonymous said...

emmm...ada hikmahnya toh :P