Monday, March 10, 2008

market tour ...

Bicara tentang pasar, saya jadi teringat dengan ayah saya. Beliau memiliki suatu kebiasaan unik yang dahulu bahkan sampai sekarang masih saya tertawakan kalau ayah saya melakukan hal tersebut. Ayah saya punya kebiasaan aneh dimana beliau selalu mengunjungi pasar tradisional setiap kali berkunjung ke suatu kota, terutama kalau bermalam. Biasanya beliau mengunjungi pasar tradisional di pagi hari karena pagi hari adalah saat yang paling tepat untuk mengetahui bagaimana kondisi interaksi ekonomi yang paling ideal [baca : pasar lagi rame-ramenya ... kalo sepi rada nggak seru menurut ayah saya].

Mulanya saya tidak merasakan keanehan saat setiap kali diajak ke pasar oleh ayah saya saat ada di luar kota, namun semakin lama saya merasakan bahwa ayah saya selalu meluangkan waktu untuk hal tersebut. Bahkan beliau lebih memilih untuk mengunjungi pasar tradisional daripada mall atau bahkan mengunjungi suatu objek wisata.

Pernah suatu ketika, saya sekeluarga dengan dikomandani ayah saya berkunjung ke suatu pasar di daerah pesisir utara Kabupaten Tuban [nggak penting banget kalo saya menjelaskan untuk apa dan bagaimana saya ada di Tuban ... ]. Pasar itu cukup kecil dan sederhana karena memang berada di daerah pedesaan yang hanya berpenduduk sedikit. Tidak ada bangunan gedung bertingkat, yang ada hanya sebuah bangunan mirip pendopo atau kalo disini mirip parkiran sepeda di sekolah-sekolah. Meski ada bangunan permanen, para pedagang di sana lebih memilih menggelar di luar di bawah naungan pepohonan yang banyak tumbuh di areal pasar.

Pagi hari sekitar jam 5.30 kondisi pasar sudah cukup ramai. Banyak penjual yang mulai menggelar dagangannya menapak bumi [lesehan dibawah pohon]. Dan hal terunik yang paling saya anggap "aneh" adalah bahwa nafsu berdagang para pedagang disini saya bilang cukup rendah karena nggak kayak para pedagang di madura area, para pedagang di pasar ini seenaknya saja meninggalkan dagangannya untuk hal-hal yang menurut saya nggak penting. Ada yang ke kamar mandi, ada yang ditinggal sarapan, ada yang ditinggal nukar uang, pokoknya aneh-aneh dey ... Dan alhasil waktu itu [saya nggak ingat mo beli apa] saya harus menunggu sekitar 5 menit untuk satu transaksi. Indahnya saat kepercayaan masih menjadi nafas kehidupan ...

Atau ketika saya berkunjung ke pasar di daerah Jawa Timur sebelah barat, sekitar Nganjuk, Ponorogo, Madiun ... Pasarnya punya ciri khas yang membedakan dengan pasar-pasar tradisional Jawa Timur sebelah timur. Pasar daerah barat lebih bisa menjaga kebersihan daripada pasar-pasar di daerah timur. Jadi kalo mo makan di dalam pasar, sebaiknya jangan di daerah timur, silakan ke daerah barat saja ...

Dan disaat saya menertawakan ayah saya, maka saat ini saya sedang menertawakan diri saya sendiri ... Beberapa waktu yang lalu, dalam 2 hari 4 pasar tradisional saya jelajahi hanya demi memuaskan hasrat saya akan sebuah kebutuhan akan keramaian.

Pertama, ke pasar Blok M. Pasarnya ada di dekat terminal Blok M. Isinya macem-macem dan aneh-aneh. Banyaknya menjual sandang. Baik baju, sepatu, tas, maupun aksesoris yang aneh-aneh yang banyak dipakai artis kalo manggung ... [saya nggak nuduh kalo artis itu beli aksesoris di pasar blok M lho ya ... di pasar baru juga banyak soalnya ...]. Dan hasilnya, dengan niat awal cari sepatu, malah dapat sandal sama cardigan [jaket rajutan yang lagi ngetrend sekarang]. Tapi cardigannya kekecilan jadinya jatuh ketangan nug-nug dengan pembengkakan harga 10K. Untuk sepatu malah dapatnya bukan di pasar blok M, tapi malah di Planet Sport Pasaraya Blok M .....

Kedua, ke pasar pagi di kwitang. Pasar ini bukanya cuma di hari Minggu dan nggak bisa ditempuh kalo naek 502 baik dari arah Kampung Melayu maupun dari arah Tanah Abang. Banyak jual baju-baju sama perlengkapan muslim. Ada makanan juga sama ada juga kue-kue. Harga barang-barang disana cukup murah, nggak jauh-jauh dari harga di Tanah Abang untuk baju-bajunya. Dan hasilnya, 2 buah oblong melayang ....

Ketiga, ke pasar Glodok. Nggak direncanakan, tiba-tiba ajah diajak sama si Prist sama Breq. Dan seperti biasa, kalau sama Prist selalu tidak ada kejelasan tempat mana yang akan dituju. Just info, kalo di Jakarta, satu daerah perbelanjaan biasanya punya 2 atau lebih pusat perbelanjaan. Ada ITC, ada Square, ada Harco, ada Atrium dan tiap daerah nggak sama. Misal, di Roxy (pusat HP) ada ITC Roxy Mas dan Roxy Square. Kalau di Mangga Dua (pusat komputer) itu ada ITC Mangga Dua, ada WTC Mangga Dua, ada Mangga Dua Square, ada Harco Mangga Dua. Dan siang itu tidak ada kepastian mau ke mana, selain mau cari compo di glogok. Alhasil, nyasarlah kita ke Lindeteves Square [mall yang baru buka dan sangat amat sepi sekali karena masih belum banyak kios yang buka]. Btw, sampailah ke pusat elektronik dan pusat CD bokep bajakan [sudah bokep, bajakan pula ...]

Keempat, ke pasar senen. Niatnya masih mau cari cardigan yang ukurannya agak gede. Dan sampailah ke pasar senen. Ternyata isinya mirip dengan pasar baru. Bursa pakaian bekas. Namun saya lebih menyarankan untuk ke pasar baru saja karena lebih nyaman daripada di pasar senen.

maka, berakhirlah market tour saya ...

tips dari saya, spesifikkan target belanja berikut tempat belanja. contoh, kalau mau cari sepatu, tentukan merek apa sepatunya, kalau masih bingung, tentukan ajah mo ke pasar mana. Kalo sepatu langsung saja ke pasar baru. Jangan ke Tanah Abang atau Blok M, karena disana bukan pusat sepatu. Yang ada sepatu nggak dapat tapi malah dapat baju sama celana ...

No comments: