Tuesday, February 6, 2007

saya jenuh ...

Saya bingung mau mulai tulisan ini dari mana, tapi daripada dibikin ruwet mar kuwet gak ada salahnya jika cerita saya ini saya tulis menurut urutan waktu saja. Menurut guru Bahasa dan Sastra Indonesia tulisan saya tergolong tulisan yang menggunakan alur atau plot maju. Baiklah, kita [baca : saya] mulai saja .... ;)

Hari Rabu kemarin, seperti biasa saya masuk kerja, dan sesuai perjanjian, saya masuk selama 24 jam ~jangan laporkan saya ke depnaker karena saya melanggar beberapa pasal di UU ketenagakerjaan terutama dalam hal lama jam kerja, semua saya lakukan supaya saya bisa meneruskan studi saya, agar saya lebih 'dipandang' karena ijasah saya, karena negeri ini masih sangat mementingkan gelar dan ijasah~ sehingga saya baru pulang ke Jakarta hari kamis pagi. Hari itu mendung tebal dan sesampainya di Jakarta saya [baca : payung saya] diguyur hujan lebat dan saya [baca : sepatu dan kaus kaki] tenggelam gara-gara banjir di masjid belakang Jakarta Theater. Sampai di tempat kost, masih harus kerja bakti gara-gara kamar kebanjiran ~sebenarnya seeh gak banjir, tapi kebocoran. Tapi apalah bedanya kalau akhirnya dua kasur di kamar saya jadi basah semua ? ~

Lupakan hujan dan banjir yang belum terjadi. Hal yang menarik adalah pembicaraan di mobil menuju Jakarta. Isinya membahas masalah eksekusi yang akan segera dijatuhkan pada perusahaan ini. Entah mengapa, entah apa yang dicari, tapi saya bisa memahami alasan mengapa perusahaan ini harus di eksekusi. Apalagi setelah ada persembahan dari seseorang yang menurut saya bisa digolongkan sebagai persembahan yang indah .... ;) Jujur saja, hal ini juga menjadi salah satu penyebab khusus kejenuhan yang saya alami. ~ Penyebab umumnya biarlah saya saja yang tahu,nggak baik saya menuliskan disini, saya tidak ingin pengalaman buruk mas ini terulang pada diri saya ;)~

Libur sampai hari minggu membuat saya bosan juga berdiam di tempat kost. Cerita dari salah satu calon eksekutor di tempat kost saya semakin menyulut kejenuhan yang sempat datang dan pergi tanpa pamit. Ditambah dengan kondisi waspada banjir [Jakarta sedang dikepung air dan semua yang tinggal di kota tersebut harus mempersiapkan diri menyambut 'hadiah' dari Sang Pemilik Jagad], membuat saya semakin bersemangat dengan kejenuhan saya dan mendapat suplai energi yang besar untuk segera meninggalkan semua kejenuhan ini.

Hingga saat saya mengetikkan tulisan ini belum ada yang membawa saya lepas dari kejenuhan ini. Sebuah petunjuk memang sudah saya dapatkan. Tapi yang menjadi pertanyaan, dapatkah saya mengikuti petunjuk tersebut ???

~Jalanilah hidup seperti air yang mengalir, ikuti arusNya~

ada yang bisa membantu saya ????

1 comment:

riskabagus said...

~Jalanilah hidup seperti air yang mengalir, ikuti arusNya~ <-- kalo yang ini aku gak setuju. Hanya orang itulah yang bisa merubah nasibnya sendiri. Memang Allah telah menentukan takdir kita, tapi Allah juga gak suka hambanya yang pasrah bagai air yang mengalir.

Kalo saranku sih, cari kesibukan deh yu. kamu kan udah kuliah, jadi semoga itu bisa membantu dan hanya kamu yang tau caranya utk menghilangkan kejenuhan itu.