Wednesday, December 19, 2007

aku sekarang disini ...

Saya masih disini ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, ketika baru beberapa menit yang lalu regu shift yang tugas malam tiba. Terlambat hampir 2 jam berarti menempuh perjalanan hampir 3 jam dari lama perjalanan Jakarta-Cikarang yang biasa ditempuh setengah jam. Bahkan regu shift pagi yang tertahan kepulangannya karena menunggu regu shift malam tiba juga baru saja meninggalkan kantor. Beberapa orang terpaksa menginap di kantor karena khawatir nggak dapat angkutan umum.

Saya juga masih disini ketika saat keluar kantor kudengar sayup-sayup gema takbir yang membahana. Gema takbir yang hampir tiap tahun sebanyak dua kali saya dengarkan dan saya coba untuk takzimi dan selami. Namun sekarang, suasana berbeda, entah sudah berapa idul adha tidak saya rayakan dengan orang tua saya. Terhitung sejak kelas 1 SMK dan sekarang sudah 1 tahun lebih saya meninggalkan SMK, total 5 idul adha berlalu dalam kesendirian.

Sedih memang, namun rupanya Allah lebih menyayangi saya dengan kejadian ini. Allah telah menuntun hati ini agar lebih menyelami alunan takbir penuh makna yang jarang saya takzimi. Lantunan takbir yang mengalun lewat speaker PC NMS, syahdu ... takzim ... mampu menggetarkan jiwa.

Saya masih disini ketika saat ini ibu saya pasti sedang menyiapkan bumbu untuk memasak daging kurban yang dibagikan secara adil dan proporsional ke semua warga RT. Malam ini kakak perempuan saya juga pasti sudah menyiapkan perlengkapan sholat ied besok pagi. Dan Bapak saya pastinya sedang menyiapkan jubah putih, celana panjang putih, lengkap dengan songkok dan surban putih kebanggaannya. Kegiatan mereka diselingi oleh sahutan anak-anak kecil yang bertakbir keliling kampung dengan membawa obor. Subhanallah ... sudah lama saya tidak menyaksikan hal itu ....

Besok, saat saya bekerja disini, keluarga dirumah pasti disibukkan dengan acara mengolah daging hewan qurban. Sebelumnya Ibu dan Kakak perempuan saya biasanya membantu ibu-ibu PKK memasak masakan untuk disajikan kepada para kaum lelaki (salah satunya Bapak saya) yang mendapat tugas untuk memotong hewan qurban. Baru setelah itu kami sibuk dengan aktivitas di rumah masing-masing. Asap sate kambing memenuhi pelosok kampung, jalanan sepi, pasar juga sepi, semua bergembira menyambut peringatan kesetiaan Ibrahim AS kepada Tuhannya.

Dirumah daging kambing dan jeroan sapi biasanya diolah jadi sate atau tongseng atau krengsengan dan seperti biasa yang mendapat bapak nggak dapat hak akses untuk memakan. Hak akses sebatas pada view dan smell saja. Dan untuk daging sapi biasanya diolah jadi rolade (daging giling campur beberapa bahan lalu di kukus, lalu di goreng, penampilan dan penyajiannya mirip steak). Sedangkan bagian tulang-tulang yang didapatkan biasanya dimasak kaldu yang di campur dengan kacang hijau. Dan selama bebas kambing dan jeroan, maka bapak saya boleh bernafas lega ...

Dan besok, saya akan hanya makan dengan roti tawar holland bakery yang saya beli senin lalu plus madurasa rasa jeruk sambil membayangkan saya makan rolade terus makan sup kaldu kacang hijau dan jangan lupa sate dan krengsengannya ....

Ya Allah ... Tahun depan nggak kayak gini lagi kan ???

No comments: