Thursday, January 10, 2008

nasibmu ryan ...

Ryan masih setengah terjaga pagi itu, sayup-sayup terdengar suara adzan subuh yang mengalun dari banyak masjid di bilangan kebun sirih. Entah dari masjid mana saja ... yang jelas suara alunan panggilan akbar tadi tidak mengalun bersamaan, namun saling sahut. Harum udara pagi sedikit-sedikit menyeruak memasuki ruangan ukuran 3 x 3 di bagian belakang rumah mungil itu. Tiada spa yang mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan selain harum udara pagi yang dipadu dengan sahutan suara adzan shubuh, setidaknya hal itu yang ada dalam pikiran Ryan.

Tidak seperti biasanya, Ryan pagi itu terlambat bangun pagi. Biasanya 30 menit sebelum adzan Ryan berusaha bangun untuk menjalankan tahajud, namun malam itu Ryan terlalu lelah sehingga sama sekali tidak menghiraukan alarm dari dua HP yang telah terset pukul 3.30 am.

Subuh waktu itu menunjukkan pukul 4.30an, dan masih terlalu pagi untuk bangun dan menyiapkan diri menuju tempat kerja. Dan disaat-saat genting itu seperti biasanya setan pagi dengan sigap dan tanggap meraya Ryan untuk melanjutkan tidur dan merubah set alarm HPnya ke pukul 6.00. Masih cukup waktu untuk melanjutkan tidur, tidurlah kembali, tepat pukul 6, bangun lah dan masih cukup waktu untuk sholat shubuh, sini saya selimuti biar hangat, hawa pagi sangat nikmat dibawah balutan selimut ... kira-kira begitulah setan pagi menghembuskan rayuan-rayuannya.

Belum sempat malaikat pagi menahan rayuan setan, tiba-tiba terdengar gedebug bummmm dan syuuurrrr .... dan suara itu diakhiri dengan jatuhnya sesuatu di wajah Ryan yang masih setengah terjaga dan masih dirayu oleh setan pagi itu.

Ahhh ... ada salju ... akhirnya impianku untuk keluar negeri tercapai ... ya ... salju mengguyur wajahku ... namun segera Ryan buang jauh-jauh pikiran itu karena akal sehatnya mulai bekerja dan mulai menyadarkan Ryan bahwa saat ini dia sedang ada di tempat yang hangat dan sangat tidak mungkin ada salju, apalagi Ryan mendapati dirinya hanya mengenakan celana pendek dan t-shirt tipis dan tanpa selimut, sangat tidak mungkin salju bisa turun.

Hujan emas neeh ... liat benda yang jatuh ini butiran butiran halus, pasti ini emas ... Dan akal sehat Ryan kembali menyadarkannya, Ryan akhirnya tersadar bahwa saat itu dia baru bangun tidur dan masih lengkap dengan pakaian tidur, di tempat tidur, dan di kamar tidur dan yang paling mustahil adalah gak akan pernah ada yang namanya hujan emas ...

Ryan mengabaikan bunyi dan runtuhan aneh yang menimpa wajahnya, setan pagi kalah perang, Ryan menuju kamar mandi dan bersiap apel pagi dengan penciptaNYA. Ryan masih enggan menyalakan lampu. [catatan : Ryan terbiasa dengan lampu tidur dan lampu kamar hanya akan menyala saat Ryan selesai mandi pagi. Nyala lampu kamar yang terang adalah hal yang dibenci Ryan jika akan tidur lagi selepas sholat shubuh]

Dan hari berjalan seperti biasa, dan tiada yang istimewa selain saat menyalakan lampu dan merapikan bantal Ryan mendapati remahan langit-langit rumah berserakan di tempat tidurnya dan langit-langit rumahnya sudah retak.

Malam harinya, selepas aktifitas pagi, Ryan telah mendapati langit-langit kamar yang semula retak, telah berganti menjadi lapisan tripleks warna coklat. Dan dari info yang dapat dipercaya, ternyata asbes yang jadi atap rumah telah dijebol sama kucing sampai tembus ke langit-langit, untung saja nggak pecah plafonnya. Bisa dibayangkan pecahan plafon tadi menyayat tanpa ampun dan tanpa perlawanan siapa saja yang berada dibawahnya.

Keadaan kembali normal namun ditambah dengan raungan anak kucing yang mencari induknya. Sepertinya anak kucing itu terperangkap di langit-langit kamar Ryan. Raungan anak kucing tadi sama sekali tidak mententuh hati Ryan untuk berusaha menyelamatkannya. Sampai akhirnya Ryan kembali berlabuh di alam mimpi.

Beberapa saat terpejam dan belum juga hilang letih ini, suara gedebummm tadi pagi terdengar, tapi bukan hanya bunyi yang terdengar, bunyi mengagetkan itu diikuti oleh jatuhnya papan tripleks yang mengganti plafon yang retak.

Untung saja lelap tak lama menghinggapi Ryan, suara gedebum tadi mampu menyadarkan diri Ryan sepenuhnya. Tiada lagi bayangan salju atau butiran emas. Yang ada kini lecet di jari telunjuk ditambah syok dan perasaan sebel karena terganggu oleh hal yang sama sekali tidak menyenangkan.

2 comments:

indrunk said...

yu... ryan itu siapa ?? kamu tah ?
qiqiqiqi

wahyukurnianto said...

idih ... indrunk bisa saja ...