Saturday, November 18, 2006

istiqomah dunia akhirat ? it's possible ?

Judul yang aneh, tapi kalimat tersebut adalah judul yang tepat, mengenai tulisan saya kali ini. Sebelum melangkah terlalu jauh, kita definisikan satu persatu kata-kata penting dalam kalimat tersebut, dengan tujuan tidak menimbulkan salah pengertian dalam memahami judul dan tulisan saya ini.

Ada dua bagian yang perlu kita definisikan bersama yaitu 'pekerja malam' dan 'istiqomah dunia akhirat' mari kita mulai. 'Pekerja malam' dalam kasus kita kali ini adalah seorang yang bekerja di malam hari hingga pagi hari tanpa henti. Baik secara terus menerus, maupun selang-seling seperti pekerja dengan sistem shift. 'Istiqomah dunia akhirat' dalam hal ini terdiri dari dua bagian yaitu istiqomah dunia dan istiqomah akhirat. Isqomah saya maknai sebagai tetap berada di jalanNya dan berusaha menaati semua aturanNya. Maka istiqomah dunia saya artikan tetap berada di jalanNya dan mematuhi semua aturanNya dalam menjalani aktifitas dunia sedangkan istiqomah akhirat, dilakukan demi mencapai kehidupan akhirat demi dimulyakanNya kelak.

Allah SWT telah menciptakan malam dan siang dengan tujuan yang pasti, serta keduanya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang keduanya saling melengkapi dan mendukung satu dengan yang lain. Contohnya, Allah menciptakan malam agar kita bisa beristirahat didalamnya serta bermunajat didalamnya demi kehidupan akhirat kita dan Allah menciptakan siang agar kita bisa berusaha demi kehidupan dunia kita. Kalau kita telaah lebih dalam, kejar dunia di siang hari, kejar akhirat di 1/3 malam terakhir, serta beristirahat memberikan hak pada tubuh di malam hari. Untuk itulah mengapa sholat di siang hari (lewat tengah hari) lebih banyak dibandingkan sholat di malam hari (setelah isya sampaui shubuh). Serta itulah mengapa pagi hari setelah subuh (jam kerja) nggak ada sholat wajib. Jadi pada intinya Allah telah menciptakan waktu dengan tatanan sempurna demi memudahkan manusia mencapaia kehidupan dunia dan akhiratnya.

Jam kerja semestinya kita gunakan untuk bekerja sepenuhnya (bukan bermaksud mengutamakan pekerjaan) tapi hal ini merupakan konsekwensi yang harus kita ambil. Sebagai pekerja yang memiliki jam kerja, maka berdosa hukumnya jika kita menyalahgunakan jam kerja untuk selain kerja. Mendholimi (tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya) jam kerja tepatnya atau istilah kasarnya sekarang korupsi waktu demi kepentingan pribadi. Yang walaupun hakekatnya kita mencari dunia demi kepentingan akhirat.

Sekarang kita tinjau kenyataan yang ada di lapangan bagaimana sistem kerja normal telah mengakomodasi kepentingan diatas. Dan tidak saling bertentangan satu dengan yang lain. Jam kerja 08.00-17.00. Di selang waktu tersebut ada waktu 1 jam di tengah hari untuk istirahat makan siang. Waktu istirahat ini dimaksutkan u ntuk makan siang dan sholat dhuhur. Jadi sistem normal tidak mengurangi hak akhirat dhuhur. Sedangkan waktu ashar tidak akan terganggu, walaupun tidak tepat waktu, tapi setelah pukul 17.00 masih masuk waktu ashar. Jadi kita tidak akan korupsi waktu demi melaksanakan kewajiban akhirat kita, karena semuanya telah mencari dan 'mengikuti' hikmah Allah tentang perputaran waktu. Saat malam hari pun, jam kerja usai, waktunya mencari kehidupan akhirat dan beristirahat. Magrib, Isya', Shubuh bahkan tahajjud (waktu dimana hijab antara kita denganNya disikapkan) dapat terlaksana dengan baik dan tidak saling 'memakan' waktu kerja. Jadi korupsi waktu kerja tidak terjadi dalam hal ini.

Bandingkan dengan para pekerja malam yang harus semalaman bekerja ... mungkin sekilas tidak ada waktu untuk akhirat yang tersita. Tapi coba amati secara seksama. Mungkin pada saat malam hari si pekerja bisa istiqomah menjalankan tugasnya dengan berusaha tetap terjaga demi sebuah tanggung jawab yang telah dipikul dan disepakati. Alhasil, pada pagi hingga sore harinya apakah yang terjadi ? sebagai manusia biasa, tentunya tubuh ini menuntut haknya untuk beristirahat, alhasil pada pagi hari hingga sore hari yang ada adalah tertidur karena lelah semalaman beraktifitas. Dampaknya, ada waktu sholat yang tersita karena tubuh terlalu lelah. Dhuhur dan Ashar tidak akan senyaman dalam kondisi normal. Malah kadang keadaan ini akan terbawa hingga MAgrib dan Isya'.

Hal ini jauh lebih parah jika sistem yang dijalankan adalah selang seling, pagi, malam, pagi, malam, dan seterusnya. Otomatis tubuh ini sering kebingungan mana rutinitas yang akan menjadi sebuah kebiasaan. Sehingga kadang kala demi sebuah tanggung jawab dunia tubuh harus merelakan haknya dirampas. Atau bahkan bisa jadi hak akhiratpun kadang menjadi terbengkalai.

Catatan diatas hanya sekedar wacana yang mungkin akan tetap menjadi wacana jika bisa disiasati dengan baik, dan bisa menjadi suatu kebenaran bergantung pada sikap kita menelaah fakta yang ada. Kesimpulan yang dapat kita petik dari tulisan saya diatas adalah, ketika Allah telah mengatur segalanya dengan sangat sempurna demi kepentingan manusia, tetapi manusia demi kepentingan dunianya berusaha 'melawannya' maka yang akan terjada adalah sebuah ketimpangan.

No comments: